Ia pun bercerita keseruan saat berburu kemiri yang cukup susah-susah gampang. Sebab, ukurannya yang cenderung kecil membuatnya sulit ditemui di balik semak maupun rerumputan kering. “Jadi harus jeli kalau mencari di hutan,’’ tambahnya.
Tria bersama keluarganya, sudah bertahun-tahun menjadi pengepul yang menerima hasil buruan warga. Kemiri basah yang didapat dari hutan, kemudian dijemur sampai kering. Proses penjemuran biasanya membutuhkan waktu sekitar 5-2 minggu tergantung cuaca.
”Kalau hujan-hujanan seperti ini bisa 2 minggu baru kering,’’ jelas dia.
Tanaman dengan nama latin aleurites moluccanus ini, dimanfaatkan bijinya sebagai bahan pembuatan minyak dan rempah-rempah. Sebagian warga juga memanfaatkan untuk bumbu masak serta campuran sambal pecel.
”Jadi warga ke sini dan menjual Rp 9.000 per 127 biji,’’ papar dia.
Harga jual kemiri di pasar, saat ini cenderung menurun. Sebelumnya Rp 50.000 per kg menjadi Rp 35.000 per kg. ”Karena sekarang musim panen. Jadi harga agak menurun,’’ pungkasnya. (ima)