Petirtaan Jolotundo salah satu warisan leluhur yang masih bisa dilihat keindahannya, namun banyak pengunjung belum bisa menjaga kelestarian situs yang berada di lereng bagian utara Gunung Penanggungan

IM.com – Petirtaan Jolotundo salah satu warisan leluhur yang masih bisa dilihat keindahannya, namun banyak pengunjung belum bisa menjaga kelestarian situs yang berada di lereng bagian utara Gunung Penanggungan tepatnya Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Tidak menjaga kelestarian petirtaan Jolotundo yang kerap dilakukan pengunjung adalah saat melakukan ritual mandi kembang di dalam area bangunan kolam era Kerajaan Madang atau Mataram Kuno.


Pengunjung saat ritual mandi kembang di pancuran kolam petirtaan Jolotundo mengabaikan sampah kembang berserakan di area kolam pancuran.

Sampah-sampah kembang yang dipakai pengunjung melakukan ritual mandi kembang di petirtaan Jolotundo mengotori kolam pancuran
Sampah kembang yang dipakai pengunjung melakukan ritual mandi kembang di petirtaan Jolotundo mengotori kolam pancuran

Fakta yang sangat memprihatinkan terhadap prilaku pengunjung yang tidak menjaga kelestarian petirtaan Jolotundo dikritisi cukup pedas Abdul Jalil pemerhati dan uri-uri budaya tinggal di Mojokerto.

“Saya melihat langsung sampah-sampah kembang berserakan di kolam pancuran petirtaan Jolotundo usai pengunjung melakukan ritual mandi kembang,” ujar Abdul Jalil kepada inilahmojokerto.com.

Abdul Jalil mengatakan, seharunya ada petugas khusus sebagai pemandu pengunjung petirtaan Jolotundo yang akan melakukan ritual mandi kembang. “Petugas tersebut memberi arahan dan melarang pengunjung yang akan mandi menggunakan kembang agar airnya tetap terjaga, tetap bersih. Tidak kotor adanya sampah-sampah kembang,” ujarnya. Minggu (30/6/2024).

Prilaku tidak menjaga kelestarian petirtaan Jolotundo tidak hanya mandi kembang saja. juga masuk (njebur.red Jawa) ke area kolam utama. “Prilaku tidak menjaga kelestarian petirtaan Jolotundo nampak terjadi saat Kamis Kliwon,” terangnya.

Melalui Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto, Abdul Jalil menyampaikan kritik dan sarannya. Ia berharap dinas terkait lebih memperhatikan kelestarian warisan leluhur.

“Jika pengunjung masih abai terhadap kelestarian warisan leluhur kelak lambat laun kelestarian dan kesakralan petirtaan Jolotundo hilang begitu saja,” tandasnya.

Henri Nurcahnya penulis buku dan pemerhati budaya, mengatakan kerap mengetahui adanya pengujung petirtaan Jolotundo mandi kembang di pancuran kolam. “Ya, aku sering melihat itu setiap kali ke Jolotundo. Larangan tertulis sudah ada tapi pengunjung tetap ndableg.

Solusinya kata Henri adalah petugas harus cerewet memperingatkan lewat speaker, atau bisa dibuat rekamannya. Dibuat aturan siapa yang melanggar akan didenda yang besar.  ” Tapi untuk ini perlu dasar hukum yang jelas, biar uang dendanya juga jelas lari ke mana,” tandansya. (ima/uyo)

11,121

6 KOMENTAR

  1. Untuk sampah kembang memang harus jd perhatian karena banyak pengunjung yg bahkan membuang pakaian di area pemandian… Akan tetapi untuk mereka yg berkepentingan mengambil tirta dr pancuran utama akan kesulitan jika dilarang mencebur ke kolam, karena jalur atas sdh ditutup.

  2. Masuk nya bayar
    Parkir bayar 10.000
    Sudah tugasnya panitia untuk menjadikan bersih..
    Pengunjung juga harus mentaati aturan etika. Jangan mandi Mudo, telanjang.

  3. Seharus nya petugas yg ada di Jolotundo lebih memperhatikan kebersihan lojasi Jolotundo agar tetap sakral . Mandi kembang sudah tradisi , sampah kembang petugas yg membersihkan ( Karena ada karcis masuk ) .

  4. Masuk sudah bayar, ya Uda tradisi adat budaya kita bermacam macam saling menghormati saja satu sama yang lain, kalau masala sampah itu urusan yang bekerja di tempat wisata tersebut, karena itu sudah pekerjaan mereka, jadi kita saling menghargai satu sama lain

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini