IM.com – Situs peninggalan Ibukota Kerajaan Majapahit dan fenomena perubahan iklim yang sangat luar biasa menjadi prioritas perhatian Djarum Foundation untuk menjaga kelestarian dan kesimbangan alam.
Aksi nyata menjaga kelestarian dan keseimbangan alam dalam program Djarum Foundation nampak saat berkegiatan di area situs peninggalan Ibukota Kerajaan Majapahit di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
Trowulan, salah satu kecamatan di Kabupaten Mojokerto yang memiliki banyak jejak peninggalan Kerajaan Majapahit menjadi pilihan program Djarum Foundation melalui gerakan aksi Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF), pada Selasa 27 Agustus 2024.
Candi Gapura Wringin Lawang di Desa Jatipasar dan Candi Kedaton – Sumur Upas di Desa Sentonrejo. Di situs itulah Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) mengajak 150 mahasiswa dari berbagai kampus di Jawa Timur melakukan aksi kelestarian dan kesimbangan alam melalui gerakan Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling).
Kegiatan yang dipusatkan di pelataran Candi Gapura Wringin Lawang, dihadiri Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Zaqqi, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Provinsi Jawa Timur Endah Budi Haryani, Communications Director Djarum Foundation Mutiara D. Asmara. Kepala Disbudporapar Kabupaten Mojokerto dan Polres Mojokerto serta Kodim 0815 Mojokerto.
Juga menghadirkan Program Officer BLDF, Dandy Mahendra, aktor, petualang, serta pemimpin redaksi gerakan @SayaPilihBumi Ramon Y. Tungka yang mengisi sesi diskusi mengenai gerakan cinta lingkungan.
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Provinsi Jawa Timur Endah Budi Haryani menyambut baik program Djarum Foundation melalui gerakan Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF).
Sambutan yang baik Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Provinsi Jawa Timur disampaikan dalam sambutan Endah Budi Haryani. “Djarum Foundation akhirnya ke Jawa Timur,” ucapnya.
Sebagai bentuk dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Provinsi Jawa Timur kepada Djarum Foundation, Endah Budi Haryani menyampaikan di depan awak media, pihaknya sudah menyiapkan juru rawat tanaman sumbangan Djarum Foundation.
“Kami sudah menyiapkan juru tanaman yang tugas tambahannya menjaga dan merawat. Sebab di kami ada dana alokasi penataan lingkungan. Dana tersebut mencakup seluruh Jawa Timur,” ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto Zaqqi mewakili Bupati Mojokerto dan Pemkab Mojokerto menyampaikan terimakasih perhatian dan aksi nyata gerakan Djarum Foundation peduli menjaga kelestarian dan keseimbangan alam di Kabupaten Mojokerto.
Keterlibatan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Mojokerto, Zaqqi menyampaikan ada dana pemeliharaan lingkungan diantaranya suplai kebutuhan air.
Dalam kesempatan tersebut Zaqqi menyampaikan juga ada pihak-pihak yang perhatian terhadap restorasi daerah tangkapan air. Sebab, restorasi daerah tangkapan air menjadi tanggung jawab bersama.
“Saat ini perubahan iklim sangat luar biasa. Bila terjadi peningkatan 1 derajat saja pada suhu bumi ini maka air es di Kutub Utara akan mencair. Maka kita harus jaga dengan penanaman pohon supaya ozon bisa meningkat menutupi lubang luibang yang terkena pencemaran,”tandasnya.
Communications Director Djarum Foundation Mutiara D. Asmara menjelaskan tahun ini, focus pada aksi penghijauan di kawasan situs warisan sejarah. Pihaknya sudah melakukan aksi di 10 kawasan dan 24 candi di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan di Pulau Sumatera (KCBN Muarajambi).
“Trowulan merupakan kawasan 11. Sedangkan untuk candi Candi Gapura Wringin Lawang dan Candi Kedaton merupakan candi ke 12 dan 13,” ujarnya.
Bibit tanaman yang disumbangkan untuk penghijauan di kawasan situs Ibukota Kerajaan Majapahit di Kabupaten Mojokerto 6.208 termasuk jenis tanaman pohon keras atau besar juga tanaman semak berbunga. Bibit tersebut disebar di sejumlah titik lokasi sesuai yang disepakati antara Djarum Foundationa dan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Provinsi Jawa Timur.
“Karena kawasan ini sebuah cagar budaya warisan sejarah maka kita tidak bisa menanam secara seporadis. Harus mengikuti tata letak dan juga menjaga lingkungan dari bangunan bersejarah,” terangnya. (uyo)