IM.com – Aksi demonstrasi yang sedianya digelar pada Rabu (3/9-2025) siang di depan Grahadi diputuskan untuk ditunda.
Di tengah suasana Surabaya yang masih bergejolak pasca aksi massa yang membakar Gedung Negara Grahadi serta kantor dan pos polisi di beberapa titik, sebuah keputusan menyejukkan datang dari Gerakan Rakyat Jawa Timur Menggugat.
Gerakan yang diinisiasi Cak Soleh itu awalnya akan membawa tiga tuntutan utama: penghapusan tunggakan pajak bermotor, desakan agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menindaklanjuti serius kasus dana hibah Rp 12 triliun yang digelontorkan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta penghapusan pungutan liar di sekolah-sekolah.
Namun, melihat kondisi kota yang masih tegang dan aparat keamanan dari TNI maupun Polri yang tengah berupaya memulihkan situasi, Cak Soleh dan kawan-kawannya mengambil sikap menunda aksi.
Senin (1/9) tengah malam, Posko Gerakan Rakyat Jawa Timur Menggugat di sekitar patung Gubernur Suryo dikunjungi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudi Saladin serta Sekdaprov Jatim Adi Karyono. Setelah berdialog, Cak Soleh bersama rekan-rekannya menyampaikan keputusan penundaan aksi tersebut.
“Jika situasi Surabaya sudah kondusif, maka aksi Gerakan Rakyat Jawa Timur Menggugat akan tetap kami laksanakan. Kami tidak ingin menambah beban kota yang sedang berusaha pulih,” ujar Soleh, pengacara sekaligus mantan aktivis PRD yang pernah menjadi tahanan politik di masa Orde Baru.
Keputusan ini bukan hanya sebuah langkah strategis, tetapi juga simbol kedewasaan gerakan rakyat dalam menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan kelompok. Di tengah situasi panas, langkah menahan diri adalah wujud nyata bahwa perjuangan bisa tetap berjalan dengan kepala dingin.
Masyarakat Jawa Timur pun diharapkan dapat mengambil hikmah dari sikap ini. Menuntut keadilan dan transparansi tetap penting, namun menjaga kedamaian kota dan keselamatan warga adalah tanggung jawab bersama. Saat api kemarahan merusak bangunan kota, langkah menenangkan diri dan menunda amarah justru menghadirkan energi penyembuhan sosial.
Gerakan Rakyat Jawa Timur Menggugat mengingatkan publik bahwa perubahan tidak selalu lahir dari teriakan dan amuk massa, melainkan juga dari kesabaran, kecerdasan, dan keberanian memilih jalan damai. (kim)
76