
IM.com – Pemerintah Kabupaten Mojokerto bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) melaksanakan aksi puncak World Clean Up Day Indonesia (WCDI) Tahun 2025 dengan tema “Resik-Resik Peken”, di Pasar Raya Mojosari, Rabu (15/10-2025) pagi.
Aksi bersih-bersih pasar ini diikuti jajaran pemerintah daerah, relawan lingkungan, pelajar, komunitas masyarakat, serta pelaku usaha.
Kepala DLH Kabupaten Mojokerto, Rachmat Suharyono, dalam laporannya menyampaikan bahwa World Clean Up Day merupakan gerakan global yang digelar setiap tahun antara tanggal 15 September hingga 15 Oktober sebagai respons terhadap darurat sampah dunia.
“Kegiatan ini merupakan gerakan monumental yang diharapkan tidak hanya menjadi momentum tahunan, tetapi dapat berkelanjutan dan berkesinambungan. Kami berharap seluruh pihak memberi perhatian penuh terhadap kedaruratan sampah di Kabupaten Mojokerto,” ujarnya.
Rachmat juga melaporkan bahwa rangkaian kegiatan WCDI telah dimulai sejak 15 September lalu, diawali dengan aksi pembersihan di sepanjang bantaran Sungai Kalipuro. DLH juga melaksanakan kegiatan pemeliharaan jalur hijau di wilayah Mojosari hingga Pungging, serta perawatan taman-taman kota, termasuk di RTH Mojosari, RSUD R.A. Basoeni, dan RTH Sooko, yang turut diikuti oleh Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, DLH juga melakukan pembinaan sekolah hijau (Adiwiyata) dan berencana mengadakan pelatihan pengelolaan sampah di sekolah-sekolah dengan melibatkan Tim Penggerak PKK Kabupaten Mojokerto.
“Hari ini merupakan kegiatan puncak aksi World Clean Up Day yang kita lakukan dengan tema Resik-Resik Peken. Kami memandang bahwa aktivitas masyarakat, khususnya di sektor ekonomi, menjadi salah satu sumber sampah yang cukup besar. Khususnya di Pasar Raya Mojosari ini, setiap harinya hampir empat ton sampah kami kumpulkan dan kirim ke TPA,” jelasnya.
Rachmat menambahkan, kondisi TPA Karangdieng saat ini sudah mengkhawatirkan dengan tumpukan sampah mencapai dua meter di atas tanggul.
Menurutnya, dari 30 TPS3R yang ada, hanya kurang dari 10 yang berfungsi optimal. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Pemkab Mojokerto untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah berbasis sumber.
“Kami yakin, dengan dibantu oleh para relawan, pegiat, dan pelaku industri yang sudah mulai sadar bahwa sampah menjadi masalah kita bersama, kegiatan hari ini bukan hanya menjadi momentum, tetapi juga harus menjadi penanaman nilai bagi seluruh masyarakat. Sehingga, masyarakat memahami bahwa sampah adalah masalah bersama. Kita membutuhkan bumi, dan bumi membutuhkan kita,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra dalam arahannya menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Hari ini kita melaksanakan kegiatan World Clean Up Day yang diinisiasi oleh DLH Kabupaten Mojokerto. Lokus kita pagi ini adalah pasar, karena pasar merupakan salah satu penyumbang sampah terbanyak. Di Pasar Mojosari ini saja, informasinya setiap hari hampir empat ton sampah dihasilkan,” katanya.
Ia mengimbau masyarakat untuk memilah dan memilih sampah sejak dari rumah dengan membedakan antara sampah organik dan anorganik. Langkah sederhana ini diyakini mampu mengurangi volume sampah yang berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
“Sampah organik bisa terurai sendiri, sedangkan sampah anorganik tidak bisa terurai. Maka, sampah yang sampai ke TPA seharusnya bukan lagi sampah mentah, melainkan residu saja. Jadi, langkah ini untuk mengurangi volume sampah yang ada di Kabupaten Mojokerto,” jelasnya.
Bupatii juga menegaskan bahwa pengurangan sampah tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi membutuhkan kolaborasi seluruh elemen masyarakat. Ia mencontohkan kegiatan edukatif yang melibatkan pelajar SMK PGRI dan SMA Negeri 1 Mojosari yang diajarkan membuat kompos dan eco-enzym dari sampah organik.
“Jadi mereka tahu nilainya, bahwa sampah ini bisa menjadi eco-enzym atau bisa menjadi kompos, sehingga sampah ini bisa dikurangi,” ungkapnya. (uyo)