
IM.com — Sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas kemanusiaan, guru dan ratusan siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kranggan 5 Kota Mojokerto menggelar shalat Ghaib dan doa bersama bagi korban bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Acara kemanusiaan itu juga diwarnai dengan pengumpulan donasi dari warga sekolah dan disalurkan melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) sebagai lembaga resmi penyalur bantuan kemanusiaan.
“Saya mewakili sekolah berharap semangat kepedulian dan persatuan antar sesama terus terjaga, terutama ketika bangsa ini menghadapi musibah. Semoga masyarakat terdampak diberi kekuatan dan kondisi di daerah bencana segera pulih sehingga aktivitas dapat kembali berjalan normal,” tutur guru wali kelas VI SDN Kranggan 5, Mochamad Imam Ali Subhan.
Shalat Ghaib dan doa bersama tersebut diikuti oleh seluruh warga sekolah yang beragama Islam di Musholla Bahrul Ulum, lingkungan sekolah, Jumat (19/12/2025).
Aksi ini menjadi ekspresi empati atas musibah yang merenggut korban jiwa serta menimbulkan dampak sosial dan kemanusiaan yang luas di sejumlah wilayah Sumatera.
Kegiatan tersebut merupakan ikhtiar spiritual sekaligus pembelajaran nilai kemanusiaan bagi para siswa. Menurutnya, sekolah memiliki tanggung jawab moral untuk menanamkan kepekaan sosial sejak dini.
“Kegiatan ini kami gelar sebagai wujud empati dan solidaritas guru serta siswa SDN Kranggan 5 kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah banjir bandang di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat,” ujar pria yang akrab disapa Pak Ali.
Selain mendoakan keselamatan dan pemulihan bagi para penyintas, doa juga dipanjatkan bagi para korban meninggal dunia agar mendapat tempat terbaik di sisi Allah. Pihak sekolah turut mendoakan keluarga yang ditinggalkan agar diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan.
Usai pelaksanaan shalat Ghaib dan doa bersama yang dipimpin oleh Ustadz Muthi’ Jaelani, kegiatan dilanjutkan dengan pengajian kitab kuning Akhlaqul Banin yang membahas adab anak terhadap orang tua dan guru. Rangkaian aksi ditutup dengan istighasah dan shalat Dhuha. (joe/kim)








































