IM.com – Areal perkebunan labu di Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, mulai diincar konsumen Kediri maupun luar daerah. Kendati masih berstatus berkembang, namun hasil produksi labu mulai meningkat.
Koptu Suparjo bersama Kepala Dusun Besuk Muji Rahayu, pada Jumat (15/02-2019) menemui salah satu petani labu yang saat itu beraktifitas di lahan perkebunannya. Sujarwo, petani asal Desa Toyoresmi, menjelaskan satu persatu apa saja yang dilakukan petani labu setempat.
“Benih labu sulit tumbuh pada tanah dingin, maka harus hangat. Benih ditanam dikedalaman, sekitar 2,5 cm. Kalau di sini, lahan kita bisa langsung terkena matahari, jangan sampai sinarnya tidak bisa masuk,” jelas Sujarwo.
Ia menambahkan, labu ini harus ekstra perhatian, tanahnya subur dan pasokan air terjamin. Dikatakan Sujarwo, pupuk tidak pernah ketinggalan, karena pupuk inilah yang menjadikan labu tumbuh baik.
“Menanamnya tidak sembarangan, kita buat gundukan tanah, tingginya sekitar 7,5 cm. Kalau benih sudah masuk ke lubang, menekannya jangan terlalu kuat, nantinya sulit keluar kalau tumbuh,” sambung Sujarwo.
Dalam tahap pertumbuhan, dikatakan Sujarwo, labu harus disiram secara teratur, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, alias cukupan. Hama yang paling ditakuti petani ialah hama pengerek, dan hama ini sangat merugikan petani labu. Hasil panen bisa merosot drastis bila hama yang satu ini ada.
“Kalau ada hama pengerek, kita sudah siapkan insektisida. Nantinya akan kelihatan kalau tanaman ini terkena hama, kelihatan ada puretnya. Kalau lalat buah tidak pernah ada disini, yang ada cuma hama pengerek,” jelas Sujarwo.
Usia labu layak konsumsi, ditentukan dalam hitungan usia pertumbuhan, yaitu sekitar 3 bulan. Labu ini bisa mencapai berat sekitar 1 kg per buah, tetapi rata-rata di labu disini sekitar 400 gram hingga 700 gram.
Pangsa pasar, dikatakan Sujarwo, bisa dikatakan permintaan lebih besar ketimbang hasil panen. Rata-rata permintaan menembus angka 1,8 ton perbulan, sedangkan hasil panen labu hanya sekitar 2 kwintal hingga 3 kwintal per bulan, atau hanya sekitar 10% hingga 20% dibanding permintaan.
Konsumen labu ini, justru lebih banyak dari luar Kediri, sedangkan di Kediri jumlahnya sedikit. Sujarwo optimis, hasil panen labu petani di Desa Toyoresmi akan terus berkembang memenuhi permintaan.
Eksplorasi yang dilakukan Koptu Suparjo ini semata-mata ingin tahu lebih jauh, kondisi pertanian yang ada di Desa Toyoresmi, khususnya tanaman labu. Terlebih, tanaman ini lebih menjanjikan dalam hal pemasukan petani. Dapat dipastikan tanaman ini akan terus dikembangkan petani setempat. (penrem 082)