IM.com – Pemerintah Kota Mojokerto terus mengoptimalkan pengelolaan sampah yang telah dikonversi menjadi energi listrik. Bekerjasama dengan Badan Pengakajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), pemkot ingin sampah dan limbah itu ke depannya bisa diolah untuk energi dan sumber daya yang lain.
Kajian BPPT terbaru yakni meneliti sejumlah potensi pengelolaan dan pemanfaatan sampah di Kota Mojokerto. Antara lain untuk produksi landfill gas, inovasi teknologi komposter dan food waste digester atau semacam pengolahan khusus untuk sampah bekas makanan.
“Saya berharap agar sampah-sampah di Kota Mojokerto yang selama ini mampu menyokong kebutuhan listrik bagi warga dapat lebih dioptimalkan lagi untuk hal-hal lain,” kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari di sela pertemuan dengan perwakilan BPPT, Danone Aqua Indonesia dan PT Reciki di Rumah Rakyat, Senin lalu (10/2/2020).
Pertemuan tersebut membahas kajian BPPT terkait pengelolaan dan pengolahan sampah di Kota Mojokerto. Hadir dalam pertemuan itu tiga perwakilan dari BPPT, Sri Wahyono, Firman Laili Sahwan, Bapak Najmi Abbas. Ada juga Sustainable Development Director Danone Aqua Indonesia Karyanto Wibowo serta CEO PT. Reciki, Bhima Aries Diyanto.
Dalam kajian itu, BPPT mengidentifikasi dentifikasi dan evaluasi pengelolaan sampah eksisting, pemanfaatan landfillgas serta memberi rekomendasi pengelolaan sampah jangka pendek.
Ning Ita mengatakan, keberhasilan Pemkot bersama BPPT dalam hal pengolahan sampah harus ditingkatkan. Peningkatan itu, lanjut Ning Ita, setidaknya akan bisa dilihat dalam waktu dekat terkait penggunaan kompos yang dihasilkan dari pengolahan sampah.
“Kompos dari sampah itu nantinya bisa dimanfaatkan dalam skala rumah tangga. Saat ini banyak kampung-kampung tematik di Kota Mojokerto, seperti kampung buah, kampung sayur, dan toga,” papar Ning Ita.
Selain itu, pertemuan tim BPPT, Danone dan PT Reciki akan menelurkan kolaborasi dengan Pemerintah Kota Mojokerto dalam menanggulangi sampah. Baik sampah dari tempat pembuangan sampah sementara, TPA Randegan dan juga sampah – sampah di sungai.
“Intinya, kami ingin pengolahan sampah lebih dioptimalkan lagi untuk kepentingan umum dan kebutuhan warga,” pungkas Ning Ita. (im/adv)