IM.com – Di tengah derita panjang guru honorer, akhirnya pemerintah menaikkan tunjangan dari Rp 300 Ribu per bulan menjadi Rp 400 Ribu mulai 2026.
Kabar kenaikan tunjangan meski belum besar, tapi tetap menjadi harapan baru bagi mereka.
“Semua tunjangan dan insentif ditransfer langsung ke rekening guru,” kata Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, mengumumkan kenaikan tunjangan pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2025, Selasa (25/11/2025), di Jakarta.
Pengumuman itu melegakan para guru honorer yang telah menderita lama. Mereka tiap tiap subuh, sebelum matahari menyentuh atap-atap rumah di pelosok desa, guru honorer sudah memulai harinya.
Dengan motor tua yang kerap mogok, mereka menembus kabut pagi demi tiba di sekolah tepat waktu. Mereka hanya menerima honor Rp 300 ribu per bulan, jumlah yang tak cukup untuk biaya bensin, apalagi kebutuhan keluarga.
Meski gaji kecil, mereka tetap mengajar dengan buku-buku yang dibeli dari kantong sendiri, sering kali diselingi pekerjaan sambilan mengajar les, menjadi ojek daring, berjualan makanan, hingga bertani.
“Kalau tidak mengajar, rasanya seperti kehilangan rumah,” kata Suyati, seorang guru honorer yang sudah 12 tahun mengabdi tanpa kepastian status.
Mu’ti mengakui bahwa insentif dan tunjangan yang selama ini diberikan belum benar-benar memenuhi harapan guru. Namun, pemerintah di bawah Presiden Prabowo berkomitmen meningkatkan kesejahteraan mereka secara bertahap.
Hingga 21 November 2025, sebanyak 346.238 guru honorer telah menerima insentif dengan total anggaran Rp733,99 miliar.
Selain kenaikan tunjangan, pemerintah juga akan mengurangi beban administrasi guru. Kewajiban mengajar 24 jam tidak lagi diberlakukan secara kaku, sehingga guru dapat fokus pada tugas utama mengajar, membimbing, dan mengembangkan kualitas diri.
Bunga dan Air Mata di Sekolah
Sementara itu, suasana haru terjadi di banyak sekolah pada peringatan Hari Guru Nasional. Siswa-siswa membawa bunga mawar yang mereka beli dari uang tabungan kecil, lalu menyerahkannya pada guru yang telah mendampingi mereka.
“Terima kasih, Pak Guru, sudah sabar mengajar kami meski kami sering membuat Bapak kesal,” ujar seorang siswi sambil memberikan setangkup bunga kepada gurunya. Sang guru menerimanya dengan mata berkaca-kaca. Sebuah momen sederhana yang terasa jauh lebih berharga daripada angka tunjangan yang masih belum seberapa.
Di tengah derita panjang guru honorer, Hari Guru Nasional tahun ini menghadirkan dua hal sekaligus yakni kehangatan dari murid-murid mereka, dan harapan baru dari pemerintah. (anto)











































