IM.com – Dibanding dengan daerah lainnya, jumlah siswa di SDN Jembul, Desa Jembul Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto tergolong minim. Sekolah yang dibangun tahun 1982, ini hanya memiliki 33 siswa terdiri atas 19 putra dan 14 putri.
Keterangan yang diberikan oleh Kepala Sekolah SDN Jembul, Hadi Prayitno, dari ke-33 siswa tersebut terbagi atas 6 siswa kelas I, kelas II (5 siswa), kelas III (kosong), kelas IV (10), kelas V (9) dan kelas VI ada 3 siswa. Jumlah guru ada 8 orang, PNS dan PTT masing-masing empat orang.
Dari 19 desa di wilayah Kecamatan Jatirejo hanya Desa Jembul yang jumlah dusunya paling sedikit. Jika desa lainnya terdiri atas 2 sampai 5 dusun, namun Desa Jembul hanya menaungi satu dusun, yaitu Dusun Jembul yang membawahi 2 RW dan 4 RT. Dalam situs Kabupaten Mojokerto tidak tercatat data jiwa warga yang menempati kawasan tepi hutan pegunungan Anjasmoro atau dalam wilayah Gunung Semar itu.
Karena letaknya yang terpencil dan jarang tersentuh pembangunan maka dengan adanya program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD d/h AMD) ke 102 tahun 2018 yang dilaksanakan oleh Kodim 0815 Mojokerto, dilakukan pembangunan infrastruktur dan prasarana pedesaan dengan melibatkan partisipasi warga secara gotong royong. Selain perbaikan infrastruktur, warga desa juga mendapat edukasi ketrampilan dan pemberdayaan potensi dari instansi terkait.
Siswa sekolah pun tak luput dari kegiatan TMMD. Seperti yang berlangsung pada Senin (30/07/2018) pagi, suasana di arena belajar tersebut tampak berbeda dibanding dengan hari-hari biasa oleh hadirnya perpustakaan keliling kreasi Kodam V/Brawijaya yang diberi nama Simokos, akronim Sarana Interaksi Motor Komunikasi Sosial. Sebuah modifikasi motor tiga roda yang difungsikan perpustakaan keliling. Untuk wilayah Mojokerto dikendalikan oleh Kodim 0815.
Motor perpustakaan tersebut menyajikan beragam bacaan, dari soal pertanian hingga wawasan kebangsaan serta dilengkapi pesawat televisi untuk pemutaran filem dokumenter perjuangan dan ketentaraan.
Kepala Sekolah SDN Jembul, Hadi Prayitno menyatakan terimakasih atas dihadirkannya Simokos pada peserta didiknya. “Ini baru pertama kali di sekolah kami melihat Simokos, momen seperti ini kami harapkan tidak hanya saat ada TMMD saja tetapi agar dijadwalkan secara rutin karena materi perpustakaan sekolah memang sangat terbatas.”
Sebagaimana diketahui, bahwa minat baca masyarakat Indonesia disebut masih rendah bila dibandingkan negara lain. Dari data Perpustakaan Nasional tahun 2017, frekuensi membaca orang Indonesia rata-rata hanya tiga sampai empat kali per minggu. Sementara jumlah buku yang dibaca rata-rata hanya lima hingga sembilan buku per tahun. Padahal peningkatan kapasitas sumber daya manusia erat kaitannya dengan kemampuan literasi.
Perpustakaan keliling seperti Simokos perlu dikembangkan dan diperkenalkan kepada masyarakat, agar mereka dapat memanfaatkan perpustakaan keliling sebagai suatu sarana pengembangan pribadi dalam pendidikan nonformal. Perpustakaan keliling merupakan salah satu perangkat penyelenggaraan pendidikan nonformal yang berupaya untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945. (dim/uyo)