IM.com – Para pelajar SMA/SMK itu generasi millenial. Salah satu karakternya adalah perilakunya yang sulit ditebak. Untuk menghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan, maka penting disusun standar operasional prosedur (SOP) Pembinaan Kesiswaan.
Demikian prolog yang disampaikan Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Wilayah Kab/Kota Mojokerto, Mariyono, S.Sos., saat membuka acara Rapat Penyusunan SOP Kesiswaan di aula SMAN 1 Puri, Rabu (15/08-2018). Kegiatan tersebut diikuti sedikitnya 26 Wakasek Kesiswaan dari SMA/SMK Negeri se-Mojokerto Raya.
“Para pembina kesiswaan berkumpul untuk membuat SOP Kesiswaan. Tujuannya agar tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan terjadi lagi di wilayah Mojokerto. Memang, kuncinya ada di sarana komunikasi yang sinergis dan tidak terputus antara siswa, sekolah, dan masyarakat.
Sehingga lanjut Mariyono, pembinaan kesiswaan dapat dilakukan dengan tingkat pengendalian yang akurat dan berhasil guna,” ujar Mariyono yang juga mengaku sudah menggandeng institusi Kepolisian untuk mendukung program pembinaan kesiswaan di wilayah kerjanya.
Sedangkan Yayuk Pengawas Dikmen yang diberi tugas mengawal proses itu, menekankan pada 3 hal utama yang patut diperhatikan. Pertama, para pembina kesiswaan harus memiliki SOP. Sebab peserta didik merupakan kaum remaja yang mudah terpengaruh sekaligus memiliki heterogenitas karakter yang unik.
Kedua, bila SOP bisa disusun dengan segenap unsur yang mendasarinya, tentu akan bisa memberikan ruang gerak dan kemudahan bagi pembina kesiswaan di sekolah. Bahkan dapat dikatakan bila dengan SOP Kesiswaan, bakal bisa meringankan beban kerja para pembina kesiswaan. Ketiga, seluruh SOP Kesiswaan bisa dijalankan dengan baik asalkan sekolah juga tertib administrasi dalam bidang pembinaan kesiswaan.
“Hari ini merupakan pertemuan kedua. Oleh karenanya proses penyusunan SOP Kesiswaan, terutama dibidang ekstrakurikuler harus bisa tersusun. Saya yakin para pembina kesiswaan sudah mumpuni dalam bidang ini. Apalagi hanya soal SOP Ekstrakurikuler,” ujar Yayuk yang juga mantan guru SMAN 1 Mojosari itu.
Menurut Kepala SMAN 1 Puri, Drs. Raden Imam Wahyudi, M.Pd., penyusunan SOP adalah sebuah kebutuhan mutlak dalam pembinaan kesiswaan di sekolah. Hal itu didasarkan pada karakteristik antar sekolah yang tentu memiliki perbedaan.
“SOP itu syarat mutlak. Tujuannya agar pola pembinaan kesiswaan di sekolah terhindar dari berbagai masalah. Minimal, bila ada SOP, para pembina kesiswaan lebih mantap dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya,” ujar Pak Imam, yang pernah memegang kendali pembina kesiswaan di SMAN 1 Puri lebih dari 9 tahun itu.
Sementara itu, Dian Norma Andika, S.Pd., dari SMAN 1 Bangsal, yang dalam pertemuan sebelumnya ditunjuk sebagai koordinator penyusunan SOP untuk jenjang SMA, mempresentasikan rancangan SOP-nya. Sedangkan koordinator penyusunan SOP untuk jenjang SMK, dilakukan Drs. Sugiarto dari SMKN 1 Pungging.
“SOP yang saya susun ini masih bersifat umum dan bisa jadi bahan dasar untuk penyusunan SOP yang lebih spesifik. Bagaimana pun, SOP ekstrakurikuler harus disusun berdasarkan karakteristik bentuk ekstrakurikuler yang ada di masing-masing sekolah. Tentu saja itu butuh pemikiran yang ekstra teliti dan pengalaman yang cukup,” ungkap Dian yang juga tercatat sebagai pengurus PBVSI – KONI Kabupaten Mojokerto itu. (use/uyo)