IM.com – Sisyantoko (45), Direktur Wahana Edukasi Harapan Alam Semesta (Wehasta), punya solusi mengatasi sampah popok bayi. Menurutnya, penanaman edukasi kesadaran lingkungan dan adanya sanksi tegas sangat dibutuhkan.
Sebab, untuk penanganan masalah sampah itu setidaknya bersandar pada 4 orientasi manfaat yang harus ditanamkan pada masyarakat. Utamanya edukasi, sosial, ekonomi, dan lingkungan.
“Masyarakat harus lebih intensif kita edukasi seputar pemanfaatan sampah. Khusus masalah popok bayi dan sampah lainnya, terutama yang dibuang di aliran sungai, harus ada sanksi tegas yang diterapkan. Misalnya dari tingkat desa sudah ada Perdes tentang sampah, maka saya yakin masyarakat lambat laun tapi pasti akan disiplin,” ujar Sisyantoko.
Sampah popok bayi kata Sisyantoko cukup berbahaya bila dibiarkan. Apalagi masyarakat membuangnya ke aliran sungai. Selain mengandung bahan plastik dan jel, popok bayi mengandung berbagai bakteri dari kotoran manusia.
“Bakterinya akan berkembang dan dapat membuat kondisi air berbahaya berbahaya bagi masyarakat. Hal itu harus disadari betul agar popok bayi bekas bisa di-recycle,” tegasnya serius.
Sejauh pengalamannya dalam pengelolaan sampah, popok bayi sejatinya bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat pot tanaman. Meskipun pemakaiannya masih sebatas popok milik keluarga sendiri.
“Masyarakat tentu jijik kalau popok bayi bekas yang dipakai untuk pot berasal dari orang lain,” ujar Sisyantoko mengungkapkan kendalanya.
Khusus di 240 desa binaan dan 60 desa yang sudah didampingi Wehasta dalam pengelolaan bank sampah dari tahun 2017 – 2019, Sisyantoko memiliki cara sistematis mengatasi menumpuknya popok bayi.
Masyarakat diminta membersihkan popok sebelum dibuang. Setelah itu dikumpulkan di bank sampah. Di bank sampah, popok disendirikan dan baru dibuang ke bank sampah induk untuk mendapatkan penanganan tersendiri.
“Masyarakat harus sadar bahaya popok bayi. Untuk itu, selain kita coba cari berbagai solusi, masyarakat juga sebaiknya memakai popok yang ramah lingkungan. Saya pikir produk itu sekarang sudah ada,” imbuhnya.
Sementara itu, Muryanto (45), Ketua Bank Sampah Induk (BSI) Kabupaten Mojokerto, juga memiliki alternatif dalam penanganan sampah popok bayi. Hal terpenting popok bayi jangan dibakar apalagi dibuang sembarangan di aliran air. Hal itu sangat berbahaya bagi kualitas air.
“Kita butuh alat khusus untuk mengolah sampah popok bayi. Alat itu yang belum kita punyai. Selama ini, ada juga masyarakat yang memakai ulang popok bayi. Caranya, jel yang di dalam popok dibuang dan dibersihkan. Setelah itu, dipakaikan kembali dengan menambahkan kain bersih. Hal itu memang efektif meski merepotkan dan terkesan menjijikan,” ungkap Muryanto yang biasa dipanggil Cak Ambon.
Prinsipnya, Cak Ambon mendukung langkah-langkah pendampingan yang sudah dilakukan Wehasta. Sejauh ini, ada hasil yang sudah diwujudkan dengan memberikan edukasi di masyarakat.
Bahkan menurut Sisyantoko, seluruh kepala desa sangat mendukung program bank sampah dan bahkan mau mengalokasikan dana desa untuk kepentingan pengolahan sampah. (use/uyo)