Pelatihan Orientasi dan Pendampingan e-Human Development Worker (eHDW) bagi KPM Kabupaten Mojokerto tahun 2022, di hotel Grand Whiz, Trawas, Kamis (24/11/2022).

IM.com – Upaya menurunkan angka kasus stunting di Kabupaten Mojokerto terus digenjot. Pemkab melibatkan ratusan Kader Pembangunan Manusia (KPM) di masing-masing Kecamatan untuk membantu kegiatan konvergensi pencegahan stunting di desa.

Sebanyak 180 KPM yang terdiri 18 Kasi Pembangunan kecamatan dan 162 kader itu difungsikan untuk mendampingi pemerintah desa dan masyarakat dalam memberikan fasilitasi pencegahan konvergensi stunting. Kegiatan konvergensi stunting masuk prioritas penggunaan dana desa yang telah ditetapkan kementerian desa, pembangunan daerah tertinggal dan transmigrasi.

“Persoalan stunting ini bukan persoalan bangsa di masa sekarang saja, melainkan menyangkut masa depan kita karena stunting ini berjalan. Dan anak-anak itu adalah generasi penerus,” jelas Ikfina, saat menyampaikan materi pelatihan
Orientasi dan Pendampingan e-Human Development Worker (eHDW) bagi KPM Kabupaten Mojokerto tahun 2022, di hotel Grand Whiz, Trawas, Kamis (24/11/2022) siang.

Bupati Ikfina menjelaskan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun atau balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Terutama pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK).

“Jadi stunting ini program nasional dengan rencana aksinya targetnya tahun 2024. Dan Stunting jangka kedepannya adalah berhubungan dengan kecerdasan,” terangnya.

Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto itu menyebut, salah satu penyebab kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang itu adalah saat balita usia 0-6 bulan tidak mendapatkan asi eksklusif.

“Kenapa asi eksklusif? karena asi eksklusif yang diberikan selama 6 bulan itu akan membentengi anak ini berbagai penyakit sehingga dia tidak akan sering sakit-sakitan,” tukasnya.

Untuk menurunkan angka stunting, lanjut Ikfina, terdapat dua intervensi pencegahan stunting yakni Intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

“Intervensi spesifik seperti berhubungan langsung dengan yang stunting, contohnya remaja, calon pengantin,ibu hamil, dan balita dan selanjutnya Intervensi sensitif seperti air minum layak, kesehatan layak, jamban bersih. Termasuk dengan pembangunan jamban sehat yang sudah kita upayakan itu juga upaya untuk mencegah stunting,” pungkasnya. (im)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini