IM.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto kembali melaksanakan program Gerakan Pola Asuh Orang Tua Cegah Stunting Anak Balita (GELORA CINTA), dan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (Pusyangatra). Dua agenda itu sebagai upaya menurunkan angka stunting di Bumi Majapahit.
Program yang diinisiasi oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Perlindungan Perempuan (DP2KBP2) Kabupaten Mojokerto diselenggarakan di Desa Jatirowo, Kecamatan Dawarblandong, pada Jumat (29/9/2023) pagi. Pelaksanaan GELORA CINTA dan Pusyangatra menjadi salah satu program yang selaras dengan program nasional dalam menekan angka stunting tersebut.
Bupati Ikfina Fahmawati bersama Kepala DP2KBP2 Kabupaten Mojokerto Sugeng Nuryadi, jajaran Forkopimca Dawarblandong, dan Kepala Desa Jatirowo hadir dalam kegiatan tersebut. Acara juga dihadiri 50 warga yang meliputi ibu hamil, ibu-ibu balita, dan wanita usia subur.
Bupati Ikfina membuka sesi tanya jawab kepada seluruh masyarakat, agar masyarakat lebih mengerti terkait keluarga sejahtera, KB, gizi ibu hamil, dan bahaya stunting. Ia menjelaskan, salah satu indikator kecukupan gizi bagi ibu hamil adalah ukuran lengan minimal 23,5 cm.
Selain itu, Ikfina menambahkan, pasangan usia subur (PUS) yang terlalu tua atau lebih dari 35 tahun diharapkan tidak hamil lagi. Karena usia ibu diatas 35 tahun sangat berpotensi melahirkan bayi stunting.
“Karena ada masa sel telur. Makin tua usia ibu, kualitas sel telurnya sudah kurang baik. Maka dari itu apabila masih mengalami menstruasi, dianjurkan memakai KB metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP),” jelasnya.
Bupati Ikfina juga mengungkapkan, kondisi stunting merupakan ancaman besar bagi negara, karena stunting sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki.
“Stunting ini diawali saat kondisi hamil, jadi ibu-ibu yang sedang hamil ini jangan sampai kekurangan gizi, sehingga janinnya juga akan tercukupi gizinya,” jelasnya.
Selain itu, orang nomor satu dilingkup Pemerintah Kabupaten Mojokerto mengatakan kondisi stunting pada balita juga berdampak pada tingkat kecerdasannya yang dibawah rata-rata.
“Stunting disebabkan oleh kekurangan gizi dan infeksi berlanjut, jika anak pada posisi stunting, maka tingkat kecerdasannya 20 persen lebih rendah dari anak kondisi normal,” tuturnya.