Warga dan pegawai PT Energi Anugerah Nusantara, pabrik bioetanol yang memproduksi pupuk cair untuk tanaman tebu memeriksa sumur yang diduga tercemar limbah pupuk.

IM.com – Pencemaran air sumur kembali ditemukan di Kabupaten Mojokerto. Kali ini, air sumur milik Firman Efendy di Dusun Ngepung, Desa Beratwetan, Kecamatan Gedeg diduga tercemar pupuk cair tanaman tebu hingga warnanya berubah kuning kecoklatan.

Pencemaran itu diduga karena ada pembuangan limbah pabrik pupuk PT Energi Anugerah Nusantara di areal perkebunan tebu warga di Desa Beratwetan, Kecamatan Gedeg. Lokasi pabrik bioetanol ini berada dalam satu kawasan dengan induk perusahaannya, PG Gempolkerep, Gedeg.

Aktivitas pembuangan limbah cair dari pabrik bioetanol itu tertangkap basah oleh Firman dan warga lain. Mereka menangkap tiga truk tangki yang ditengarai digunakan untuk membuang limbah cair pabrik etanol. 

“Truk truk ini yang sering terlihat membuang limbah cair menggunakan selang panjang di areal perkebunan tebu,” tandas Firman kepada wartawan, Senin (12/11/2018).

Ketiga sopir truk tangki ini mengaku mendapatkan limbah cair berwarna kecoklatan dengan bau menyengat itu dari PT Energi Anugerah Nusantara yang merupakan anak perusahaan PG Gempolkrep, Gedeg.

Menurut Firman, kemarin bahkan dirinya melihat ada lima truk tangki yang membuang limbah serupa di lahan kosong samping rumahnya. Dan kasus sepertti ini, lanjut Firman, sering terjadi.

Dibuang begitu saja meski tak ada pemilik lahannya. Di Desa Berat Wetan, warga sudah menolak limbah cair yang disebut pupuk itu. Ini (limbah cair) dari PT Energi Argo Nusantara,” tambah Firman.

Setelah meghentikan aktivitas pembuangan limbah, Firman pun melaporkan tiga sopir truk itu ke Polsek Gedeg. Satu petugas kepolisian mendatangi lokasi dan sempat melakukan penahanan terhadap tiga sopir dan kendaraannya untuk dimintai keterangan.

Identifikasi warna dan aroma bisa menjadi indikasi kuat terjadi pencemaran limbah pupuk tebu itu pada air sumur milik Firman. Selain warna yang kecoklatan, aroma air sumur menjadi seperti tetes tebu (molase).

“Kalau pupuk baunya lebih tajam, warnanya lebih pekat mirip tetes tebu. Airnya seperti teh, baunya seperti tetes tebu,” ungkap Wuliyono, salah satu pekerja di perkebunan Firman, kepada wartawan di lokasi.

Indikasi kuat lain, perubahan warna air sumur milik Firman terjadi tepat usai pembuangan pupuk cair ke perkebunan tebu milik warga, sepekan lalu. Apalagi lokasi perkebunan tebu itu hanya berjarak sekitar 20 meter dari sumur.

Sebelum diguyur pupuk cair, kebun tebu di sekeliling rumah Firman diberi pupuk limbah penyedap rasa tidak ada masalah seperti ini,” paparnya.

Ia menduga, pupuk cair itu meresap dari kebun tebu mengikuti air hujan masuk ke sumur ini. Pihaknya memastikan tidak ada kemungkinan sumur itu sengaja disiram oleh pupuk cair oleh orang lain.

Karena pagar rumah selalu terkunci. Kalau siang juga ada pekerja di sini,” tandas Wuliyono.

Selama ini, lanjut Wuliyono, sumur milik Firman ini menjadi andalan para pekerja bangunan di rumah Firman untuk minum, masak, mandi dan menyiram tanaman. Para pekerja yang sebagian besar berasal dari Malang menempati rumah yang dalam proses pembangunan.

Sumur tersebut dibuat sekitar setahun lalu, hampir bersamaan dengan dimulainya pembangunan rumah Firman.

“Sekarang tak berani pakai air sumur ini. Sedangkan yang orang (pekerja) sekitar sini tak pakai air sumur ini,” ungkapnya.

Pupuk cair untuk tanaman tebu yang digunakan para petani tebu di Gedeg diproduksi oleh PT Energi Anugerah Nusantara , pabrik bioetanol yang berlokasi di kecamatan itu. Pupuk Hayati Enero (PHE) ini diolah dari limbah bioetanol.

Selaku produsen,PT Energi Anugerah Nusantara tak mau banyak berkomentar. Anak usaha Pabrik Gula (PG) Gempolkrep ini hanya menyatakan bahwa pupuk cair produknya sudha melewati uji laboratorium Kementerian Pertanian.

“Pupuk kami sudah mendapat izin edar dari Kementerian Pertanian,” tegas Humas PT Enero, Diman Anandito.

Pencemaran air sumur di Mojokerto bukan sekali ini terjadi. Sebelumnya, sekitar enam sumur milik warga di Desa Tunggalpager, Kecamatan Pungging, Mojokerto diduga tercemar minyak.

Hasil uji laboratorium Dinas ESDM Jatim menunjukkan, air sumur warga tercemar bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Kuat dugaan, premium itu berasal dari tangki penyimpanan milik SPBU Sawahan yang lokasinya hanya sekitar 100 meter dari pemukiman warga yang tercemar. (Baca: Hasil Uji Lab Pastikan Sumur Warga Panjer Tercemar BBM, Polisi Selidiki SPBU Sawahan).

Sementara pihak PT Pertamina kabarnya sudah menepis dugaan pencemaran air sumur warga akibat bocornya tangki penyimpanan BBM di SPBU Sawahan.

Hingga kini, pihak kepolisian belum mengambil sikap jelas terkait masalah ini. Polres Mojokerto menyatakan masih mendalami indikasi pencemaran BBM jenis premium dari SPBU Sawahan. (tik/im)

501

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini