IM.com – Dua orang murid sekolah dasar di Kota Mojokerto terpaksa absen mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sudah sepekan lebih dua murid tersebut tidak masuk sekolah. Mereka trauma karena gurunya jahat.
Anak saya menggeluhkan cara mengajar guru kelasnya. Anak saya mengatakan guru kelasnya jahat. Karena trauma, akibatnya tidak mau lagi masuk sekolah. Sebagai orang tua, solusinya adalah dengan cara pindah sekolah.
Itulah cerita orang tua murid yang kecewa dengan cara mengajar guru kelas tempat anaknya sekolah. Pilihan pindah sekolah dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Wates Kota Mojokerto untuk anaknya dianggap cara terbaik. Meski harus mengeluarkan biaya masuk di tempat sekolah yang baru. Apalagi yang diplih sekolah bukan sekolah dasar negeri.
Sebelum mengambil keputusan pindah sekolah, orang tua murid sudah kerap menyampaikan keluhan anaknya ke sekolah melalui kepala sekolah termasuk ke guru kelas.
Bahkan keluhan itu disampaikan ke kepala sekolah secara non formal melalui obrolan di sebuah café dengan harapan bisa disikapi secara bijak demi perkembangan pendidikan di sekolah tersebut.
Upaya itu tidak berdampak positip sesuai harapan. Bahkan guru kelas tidak menyadari cara mengajarnya berimbas ada murid menjadi trauma. Maka keputusan pindah sekolah yang diambil orang tua murid bahkan tanpa pemberitahuan termasuk minta surat keterangan pindah sekolah merupakan pembenaran orang tua.
Kepala SDN 4 Wates Kota Mojokerto, Judi menjelaskan ada dua murid kelas 1 sudah sepekan (sejak Rabu 7/08-2019) tidak masuk sekolah tanpa ada keterangan dari orang tua. Judi mengaku belum tahu alasan dua muridnya tidak masuk tanpa keterangan.
“Pihak sekolah sudah melakukan upaya mencari tahu alasan dua murid tersebut tidak masuk sekolah. Namun kami belum bisa menemui orang tuanya,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (14/08-2019).
Sementara kabar berkembang yang diterima pihak sekolah, dua murid tersebut sudah pindah sekolah. Alasan utama karena trauma dengan cara mengajarnya guru kelas.
Menyikapi kondisi tersebut, Kepala SDN 4 Wates Kota Mojokerto, Judi dengan tegas telah melakukan pembinaan kepada guru kelas di kelas 1. “Guru tersebut sudah kita pindahkan sebagai guru kelas di kelas 3. Sebaliknya guru kelas di kelas 3 sebagai guru kelas di kelas 1,” ujarnya.
Pembinaan itu kata Judi dilakukan setelah diklarifikasikan ke guru kelas dan koordinasi dengan pengawas sekolah serta rapat guru SDN 4 Wates termasuk dengan Dinas Pendidikan.
“Keputusan pembinaan ini diterima legowo oleh yang bersangkutan,” tandas Judi yang berharap persoalan ini menjadi pembelajaran untuk perkembangan pendidikan SDN 4 Wates.
Sementara Ketua Paguyuban Komite Sekolah SD Kota Mojokerto, Naryo saat mendampingi Kepala SDN 4 Wates, mengatakan sebagai guru yang mangajar murid kelas 1 hingga 3 dibutuhkan kemampuan melayani yang sangat luar biasa. Sebab kemampuan setiap murid khususnya kelas 1 tidak merata.
“Ada yang punya latar belakang dari sekolah TK atau play group. Namun juga ada yang langsung sebagai murid kelas 1,” ujarnya seraya menyebut prestasi dan kualitas SDN 4 Wates mulai bersaing dengan sekolah dalam satu kompleks.
Maka pelayanan yang diberikan guru menjadi sebagai orang tua di sekolah sangat dibutuhkan. Sebab sekolah adalah tempat peserta didik untuk dapat memperoleh pendidikan. Sekolah sendiri dapat diartikan sebagai sebuah lembaga tempat proses belajar-mengajar pada sebuah sistem pendidikan yang diakui negara. (uyo)