IM.com – Peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Jawa Timur semakin meresahkan. Karhutla di Jatim sampai medio tahun 2019 ditaksir telah melahap 10.508 hektar lahan atau meningkat sekitar 1.600 hektar dari tahun 2018 lalu yang tercatat 8.886,39 hektar.
Data luas lahan yang terbakar ini berasal dari SiPongi Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Angka tersebut diprediksi bisa meningkat mengingat beberapa wilayah masih mengalami kebakaran dan belum sepenuhnya padam.
Manajer Kampanye dan Pengorganisasian Walhi Jatim Wahyu Eka Setyawan angkat bicara terkait masalah Karhutla ini. Ia mengatakan, seharusnya Pemprov Jatim dan pemerintah Kota/Kabupaten melalui dinas-dinas terkait bisa melakukan tindakan preventif agar karhutla tidak meluas tiap tahunnya.
“Walhi sendiri mempertanyakan, mengapa kebakaran menjadi meluas dan dari tahun ke tahun masih ada. Jikalau pemburu liar, apa motifnya dan kok bisa menuduh. Bukti awalnya apa,” ujar aktivis lingkungan itu pada Selasa (15/10/2019).
Ia mengatakan, tahun ini menjadi tahun paling parah untuk kasus Karhutla di Jawa Timur. Data SiPongi KLHK mencatat, 2019 menjadi Karhutla terparah di Jatim sejak tahun 2014.
“Kebakaran Hutan dan Lahan di Jatim tahun ini lebih parah dari tahun kemarin. Karena di tahun ini saja, dalam bulan Juli hingga Oktober ini sudah ada 5 kali lebih kebakaran hutan dan lahan,” katanya.
Khusus untuk Karhutla di Arjuno-Welirang, ia mengaku belum bisa memastikan penyebabnya. Kemungkinan, kata Wahyu penyebabnya masih karena cuaca panas di masa transisi musim kemarau menuju musim penghujan.
“Karena adanya kekacauan iklim diakibatkan tingginya emisi. Ini berakibat pada naiknya suhu rata-rata, maka tata iklim menjadi kacau. Hal ini bisa berdampak pada wilayah kering, karena udara panas dan kering bisa mengakibatkan gesekan pada ilalang atau ranting sehingga terbakar,” jelasnya.
Selain faktor perubahan iklim, Karhutla juga diduga disebabkan oleh ulah manusia. Untuk penyebab ini, Wahyu Eka menegaskan, perlu ada investigasi lebih dalam dari tim independen. Menurutnya, tim independen diperlukan agar hasil temuan tidak menjadi tendensius.
Tapi Wahyu mengatakan,
penyebab Karhutla di Jawa Timur berbeda-beda tiap wilayah. Menurutnya, harus
ada tim investigasi independen untuk mengurai persoalan yang terjadi pada
Karhutla di provinsi ini.
“Perwilayah jelas berbeda konteksnya. Misal di Situbondo
dekat taman nasional Baluran. Ada karena cuaca yang sangat panas, khususnya
angin. Ada juga kesalahan manusia, misal membakar secara tidak sengaja. Ada
beberapa sengaja (membakar, red) agar bisa ditanami komoditas baru,” terangnya.
(im)