IM.com – Kota Mojokerto mulai menggelar vaksinasi Covid-19 dosis ketiga, Selasa (10/8/2021). Langkah ini setelah daerah tersebut dianggap sukses mencapai kekebalan komunal (herd immunitiy) menyusul capaian vaksinasi dosis pertama melampaui 70 persen dan kedua 34 persen.
Vaksinasi dosis ketiga ini akan lebih dulu diberikan kepada para tenaga kesehatan (nakes). Langkah ini untuk meningkatkan imunitas dan antibodi petugas medis agar tidak mudah terpapar Covid-19.
“Dosis ketiga akan berjalan mulai besok bagi nakes. Sehingga sesuai dengan jadwal yang telah kita tentukan 2 minggu ke depan kita bisa menyelesaikan total 2.520 dosis dari sasaran 3.208 orang,” kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.
Ning Ita, sapaan karib Ika Puspitasari, menjelaskan, pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga bagi nakes dilaksanakan di faskes masing-masing dengan jenis vaksin moderna. Selain vaksinasi dosis ketiga bagi nakes, Kota Mojokerto juga terus melakukan percepatan vaksinasi bagi masyarakat umum, anak- anak maupun disabilitas agar segera mencapai kekebalan komunal (herd immunitiy).
Meskipun capaian vaksinasi di Kota Mojokerto telah melampui target Herd Immunity yakni lebih dari 70 persen. Sehingga kota kecil di Bumi Majapahit ini juga berhasil menurunkan status PPKM Darurat-Level.
Ning Ita berharap, ketika capaian vaksinasi Kota Mojokerto sudah maksimal ,akan ada reward serta menjadi bahan pertimbangan untuk bisa diberikan kelonggaran PPKM bagi kota Mojokerto.
“Faktanya didalam penentuan level PPKM 1–4 itu tidak ada satu pun yang memasukan indikator terkait vaksin. Dimana 6 indikator yang sudah ditentukan oleh satgas covid pusat, yang pertama adalah kasus baru, rawat inap, kematian, testing, bor, dan yang ke enam tracing, nah jadi dari 6 indikator ini sama sekali tidak ada unsur vaksin,” terangnya.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 Jatim hingga Jumat (6/8/2021), vaksinasi dosis pertama di Kota Mojokerto telah mencapai angka 94,46 persen. Sedangkan dosis kedua di angka 32,89 persen.
Sementara Kota Surabaya mencapai 70,12 persen. Untuk dosis kedua 39,57 persen.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan, dengan capaian vaksinasi minimal di angka 70 persen itu, kekebalan komunal (herd immunity) di kedua daerah dianggap telah terbentuk. (Baca: Kata Gubernur Jatim, Kota Mojokerto Sudah Capai Herd Immunity).
Namun pendapat ini disanggah Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo. Menurutnya, menilai,herd immunity bisa dicapai dari beberapa faktor penentu seperti efikasi vaksin, tingkat penularan virus, dan kecepatan cakupan vaksin.
“Dengan fakta itu, herd immunity di Indonesia mustahil dicapai,” tandasnya.
Windhu menerangkan, batas 70 persen yang digunakan merupakan asumsi jika efikasi vaksin sebesar 100 persen. Tapi kebanyakan vaksin yang digunakan di Indonesia memiliki efikasi sekitar 65 persen.
“Dengan demikian, jumlah populasi yang harus divaksin agar tercapai herd immunity semakin banyak. Bukan lagi 70 persen, bisa lebih,” ujarnya.
Belum lagi virus yang beredar di masyarakat sudah bermutasi menjadi varian Delta, dengan penularan dua kali lebih cepat dibandingkan pendahulunya. Diperlukan lebih banyak lagi orang yang harus divaksin dengan cepat, sembari berlomba dengan penyebaran virus.
“Varian Delta ini kecepatan penularannya sampai 6,5. Kalau varian originalnya itu cuma 2,5 sampai 3. Jadi 70 persen vaksinasi ini jelas-jelas kurang,” tuturnya.
Faktor lainnya yang sangat menentukan adalah kecepatan. Windhu mengingatkan, kekebalan protektif yang diberikan oleh vaksin memiliki jangka waktu tertentu, sekitar 6 bulan sampai 1 tahun. Jika vaksin diberikan dalam waktu lama, maka orang-orang yang sudah tervaksin sebelumnya sudah tidak lagi memiliki kekebalan protektif. (im/ADV)