Panen bawang merah di sejumlah daerah berdampak harga jdi pasaran merosot


IM.com – Meratanya musim panen bawang merah menjadikan harga jualnya menurun, baik di lingkaran petani maupun tengkulak. Meski harganya menjadi lebih murah dari sebelumnya namun animo masyarakat untuk membeli pelengkap bumbu dapur tersebut juga melemah.

Seorang tengkulak bernama Mustari menuturkan, hari-hari terakhir harga bawang merah mengalami penurunan sebesar 50 persen dari biasanya. “Jika sebelumnya seharga Rp 25 ribu per kilogram sekarang hanya Rp12,5 ribu,” tuturnya di hari Minggu (3/9/2017).

Warga Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto tersebut menambahkan, harga bawang merah mengalami penurunan karena banyak daerah penghasil bawang merah sedang panen. Diantaranya Nganjuk, Demak, Jogja, Medan dan Padang. Bawang asal daerah tersebut juga merangksek pasaran di Mojokerto.

“Membanjirnya barang dari luar daerah itulah yang menjadikan pasaran melimpah sehingga harganya merosot tajam. Dengan kondisi seperti ini tentu saja membuat kalangan petani kelabakan karena menanggung kerugian. Biaya tanam dengan harga jual menjadi njomplang, tidak seimbang,” katanya.

Modal yang disiapkan petani tidak sedikit, meliputi pembelian bibit, perawatan hingga masa panen mencapai puluhan juta rupiah. Kebutuhan bibitnya saja sebanyak 4 kuintal untuk lahan satu hektar dengan harga Rp 50 ribu per kilonya.

“Untuk satu hektar bisa menyerap modal sekitar Rp 45 – 50 juta. Biaya tersebut masih ditambah dengan ongkos pekerja. Hasilnya pun tidak seperti yang diharapkan, kalau sebelumnya bisa memperoleh 15 ton namun sekarang hanya 13 ton. ” tutur Mustari menambahkan, beban petani tampaknya semakin berat karena minat konsumen untuk membelinya juga melemah.

Situasi merugi ini banyak dikeluhkan petani di Dusun Trece, Desa Sajen, Kecamatan Pacet. Seperti penuturan petani bernama Sunarno (55 tahun), dalam sebulan terakhir harga jualo ke tengkulak untuk bawang kualitas super hanya dihargai Rp 7 – 8 ribu.

Pada waktu sebelumnya masih di atas harga tersebut, karenanya petani mengalami kerugian besar dan jelas modalnya tidak bisa kembali.” Seperti yang dia alami, untuk menanam di lahan seluas 1.000 m2 menyerap modal sebesar Rp 25 juta tapi hasil penjualannya tidak sampai separonya.

Satu-satunya pihak yang bisa diharapkan untuk memperhatian kondisi tersebut, sebagaimana yang diutarakan Sunarno adalah kepada jajaran instansi pemangku kepentingan petani. Selayaknya pemerintah bertindak dengan tidak membiarkan harga jual bawang merah terjun bebas.(ning/uyo)

55

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini