IM.com – Ratusan orang berebut gunungan tumpeng yang diyakini bisa menperoleh berkah serta air dari tujuh sumber yang dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Itulah suasana yang mewarnai Grebeg Mulud, hari kelahiran Nabi Muhammad di Desa Gading, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto yang diprakarsai Pesantren Babul Khoir dan Lembaga Seni dan Budaya Nusantara (LSBN) Linggar Jati, Jum’at (1/12/2017).

Tradisi Grebeg Mulud di Jatirejo didesain dalam bentuk karnaval yang mengawal atau ‘ngarak’ tumpeng berukuran besar serta air yang diambil dari tujuh sumber.

Baik tumpeng maupun air tersebut oleh warga Jatirejo dipercaya mengandung rahmat atau kebaikan dari Tuhan. Apabila tumpengnya diyakini memberi berkah atau kebahagiaan tersendiri sedangkan air tujuh pertirtaaan bisa dijadikan sarana untuk mengobati beragam penyakit.

Itu sebabnya warga berusaha untuk mendapatkannya sehingga terjadi rebutan. Semakin seru rebutannya semakin mengasyikan. Apalagi juga ditebarkan uang koin bercampur beras kuning.

Grebeg Mulud merupakan momen kebanggaan bagi warga Jatirejo. Jauh-jauh hari mereka sudah menyiapkan diri untuk melibatkan diri dalam acara tradisi yang berlangsung turun temurun dengan menggelar arak-arakan sembari membawa beragam hasil bumi, jajan pasar serta bendera merah putih sepajang 100 meter sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas kenikmatan yang mereka rasakan sebagai petani maupun warga bangsa.

Sepanjang 3 km arak-arak itu berlangsung dengan titik pemberangkatan di lapangan Jatirejo menuju Lapangan Desa Gading yang dijadikan pusat seremonial. Setelah tumpeng dan air itu didoakan, kemudian diperebutkan ramai-ramai dengan perasaan gembira.

Seperti yang dilakukan Tuminah (57) salah seorang warga Gading, dia mengaku menyiapkan diri untuk mendapatkan air tujuhsumber untuk dijadikan obat suaminya yang sedang sakit.

“Dengan sarana air ini semoga Tuhan memberikan kesembuhan,” tutur wanita paro baya tersebut dengan wajah semrigah setelah berhasil memperoleh air yang diharapkan.

Pesantren Babul Khoir yang mengorganisir Maulud Nabi Muhammad pun telah menyusun materi acara dengan rapi karena perayaannya tersebut berbarengan dengan hari ulang tahun ketujuh Lembaga Seni dan Budaya Nusantara (LSBN) Linggar Jati yang dinaungi pesantren tersebut.

Panitia acara, Gus Khoirul Anam mengatakan, Grebek Mulud merupakan bentuk kearifan lokal dari para lulur yang terus dilestarikan oleh warga Gading.

Menurut dia, “Niatannya untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan dengan menggunakan akar tradisi. Sedangkan keberadaan lembaga budaya dan keseneniannya untuk memberi ruang ekspresi bagi orang-orang yang berminat di bidang kesenian maupun yang peduli terhadap masalah kebudayaan. Dari wadah inilah kami mencoba mendesain Grebeg Mulud agar tetap lestari.”

Pada Grebeg Mulud tahun ini, panitia penyelenggara mendapat kunjungan kehormatan dari keturunan raja ke 12 Kerajaan Huristak Padang Lawas bernama Namora Parlaungan Vera Agustina Hasibuan yang memberikan sehelai kain ulos, kain kebesaran dari Kerajaan Huristak.

Pemberian tersebut merupakan bentuk rasa hormat dalam menjali kekerabatan bersama kelompok-kelompok yang masih peduli melestarikan kekayaan tradisi Nusantara.(ning/uyo)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini