Kapolri
Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto melakukan safari ramadhan, buka puasa, dan sholat tarawih bersama di Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan Surabaya


IM.com – Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo mendampingi Kapolri, Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto melakukan safari ramadhan, buka puasa, dan sholat tarawih bersama di Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan Surabaya, Kamis (31/5-2018).

Kedatangan dua pimpinan tertinggi Polri dan TNI ini sekaligus untuk memastikan bahwa situasi dan kondisi keamanan di Jatim, khususnya Kota Surabaya, telah sepenuhnya pulih pasca tragedi terorisme bom yang terjadi di Surabaya pada 13-14 Mei lalu.

Turut hadir dalam safari ramadhan ini, para anggota Forkompida, di tingkat provinsi, diantaranya, Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin, dan Pangdam V/Brawijaya, Mayjen TNI Arif Rahman. Juga, forkopimda tingkat Kota, seperti Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan. Hadir pula tokoh agama, pimpinan OPD di jajaran Pemprov. Jatim, serta prajurit TNI-Polri.

Dalam sambutannya, Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan, aksi terorisme disebabkan proses penanaman dan pemahaman ideologi yang salah, dan terjadi dalam waktu yang panjang. “Pelaku teror ini bukan memahami ideologi radikal ini bukan sehari-dua hari, seminggu, lalu langsung melakukan aksi. Tapi proses ideologi ini berjalan berbulan-bulan, dan bertahun-tahun,” katanya.

Karena itu, lanjutnya, sebelum terjadi aksi serupa, agar dilakukan langkah antisipasi supaya mereka bisa sadar dan kembali pada ideologi yang benar. Langkah tersebut memerlukan kerjasama seluruh pihak, baik pemerintah, polisi, TNI, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan seluruh elemen masyarakat.

“Kalau soal menangkap teroris, itu tugas kita sebagai polisi dan TNI. Tapi soal membendung orang supaya tidak terpengaruh idelogi radikal, kami tidak memiliki kemampuan itu. Sebab, kami tidak dilatih memahami ideologi dan ayat-ayat secara mendalam. Jadi kita perlu langkah sistematis dengan melibatkan semua pihak” lanjutnya.

Membendung idelogi radikal di era sekarang, imbuh Kapolri Tito, sangat sulit. Pasalnya, teroris juga menggunakan media sosial untuk menyebarkan informasi terkait cara berkoordinasi, melakukan serangan, mempelajari target, merakit bom, dan paham-paham radikal.

“Jadi kami mohon kepada kepala daerah untuk mengumpulkan semua stakeholder terkait untuk berembug dan menemukan cara menangani ideologi ini. Dan juga kita kerahkan relawan-relawan dan para pasukan cyber untuk membendung tersebarnya info radikalisasi lewat dunia maya” imbuhnya.

Kapolri Tito juga mengimbau untuk diaktifkannya Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Pertimbangannya, forum tersebut bisa masuk di semua lini. Selain itu, juga agar mengaktifkan kembali tiga pilar di tingkat terbawah (desa) untuk memperkuat deteksi dini. Tiga pilar tersebut adalah kepala desa yang mewakili unsur pemerintah, babinsa (TNI), dan babinkamtibmas (polisi).

“Ini momentum untuk membangun kembali kekuatan mulai dari tingkat terbawah. Jika dilakukan siskamling, maka RT, dan RW kuat dan waspada. Tentunya, kasus terorisme keluarga seperti Dita Oepriyanto tidak akan terjadi lagi. Semoga Surabaya, Jatim, dan Indonesia tetap aman dan kuat,” pungkasnya.

Dalam kesempatan sama, Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengucapkan duka dan belasungkawa atas jatuhnya korban dalam aksi terorisme di Jatim beberapa waktu lalu. Menurutnya, aksi tersebut adalah jalan yang salah untuk memperjuangkan keyakinan, karena merugikan dan menyakiti orang lain.

Agar aksi serupa tidak terulang, Panglima Hadi mengingatkan agar seluruh pihak tidak takut dan tidak lengah dalam melawan aksi terorisme. Diperlukan sinergi dan keterpaduan antara pemerintah, TNI, Polri, dan seluruh elemen masyarakat agar paham radikal tidak tumbuh ditengah-tengah masyarakat.

Selain itu, diperlukan kepedulian dari orang tua dalam mengawasi anak-anaknya dari pengaruh paham radikal yang disebarkan melalui media sosial. “Sudah banyak generasi muda yang terpengaruh radikalisme dari media sosial, kemudian mereka melakukan pertemuan-pertemuan tertutup” katanya.

“Mari kita bersatu padu, radikalisme bisa dicegah bila kita peduli pada lingkungan terdekat. Radikalisme juga bisa dicegah jika kita terus berusaha meningkatkan pengetahuan tentang agama dengan benar. Mari kita sebarkan pemahaman positif, merangkul seluruh komponen, dan mengambil tindakan preventif untuk mencegah radikalisme” pungkasnya. (kim/uyo)

40

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini