Warga Dusun/Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Mojokerto yang memilih bertahan di rumah terpaksa menjalani puasa genangan air yang masih merendam rumah mereka akibat luapan sungai Lamong. Foto: Martin.

IM.com – Malang nasib warga Dusun Bekucuk dan Tempuran, Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Mojokerto. Mereka terpaksa menjalani puasa hari pertama, Senin (6/5/2019) di tengah genanagan air dan tempat pengungsian.

Warga yang memilih tidak mengungsi menjalani puasa dengan kondisi rumah yang masih digenangi air. Kondisi itu pula yang membuat mereka tidak bisa memasak sehingga harus menyantap hidangan makan sahur dan buka puasa ala kadarnya.

“Kami bertahan di rumah. Untuk kebutuhan sahur ada dari dapur umum dan ada yang mengantar. Nanti buka puasa kalau nggak dapat ya beli nasi di luar karena kami enggak bisa masak. Semoga puasa kami lancar,” kata warga, Sri Untari.

Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto Ahmad Zaini mengatakan, pihaknya menyiapkan makanan dan minuman untuk kebutuhan sahur warga korban banjir. BPBD memperkirakan air akan semakin surut sehingga warga diharapkan bisa kembali beraktivitas dengan normal.

“Untuk sahur pertama, kami sediakan sebanyak 1.200 bungkus dan kami distribusikan mulai pukul 1.00 sampai pukul 3.00 WIB tadi. Kami juga menyediakan minuman,” katanya
di Posko Komando Lapangan Lokasi Bencana Banjir, Senin (6/5/2019) .

Hingga hari keenam banjir di dua dusun di Desa tempuran, banjir mulai surut dengan ketinggian 15 cm. Data dari BPBD, tercatat ada 1207 jiwa, 304 KK dan 388 rumah dari Desa Tempuran maupun Desa Bekucuk yang terkena dampak dari banjir aliran sungai Avour Balongkrai dan sungai Watu Dakon.

“Ada peningkatan jika dibandingkan dengan kemarin(4/5/2019). Kemarin jumlahnya 1129 jiwa, 279 KK, 383 Rumah yang terkena dampak banjir ini.” jelasnya.

Relawan BPBD Kabupaten Mojokerto, Widodo menuturkan, banjir melanda desa Tempuran terjadi sejak lima hari lalu. Kondisi paling parah terjadi di dusun Beluk dan Bekucuk dengan kedalaman 1 sampai 1,5 meter. 

“Kalau yang parah memang di Beluk sampai dada,” ucapnya. 

Menurut Widodo, meski sudah lima hari terjadi banjir, warga masih enggan mengungsi dan memilih tinggal di rumah masing masing. Sebagian warga juga ada yang mengungsi ke rumah kerabatnya.

“Kemungkinan ini luapan dari sungai yang ada di Sumobito,” ujarnya. (im)

86

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini