IM.com – Peringatan HUT Kota Mojokerto ke-101, Kamis (27/6/2019) berlangsung cukup semarak. Kemeriahan perayaan HUT itu tersaji dalam parhelatan Kirab Budaya bertema ‘Spirit of Mojopahit’ yang bertujuan membangkitkan kejayaan kerajaan Majapahit pada abad ke-20 di Kota Mojokerto.
Acara bertajuk Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit ini diikuti ratusan perserta dari pegawai negeri sipil, pegiat seni dan budaya sampai kelompok masyarakat biasa. Para peserta mempertontonkan beragam kesenian dan kebudayaan dalam berbagai atraksi dalam kirab.
Kirab Budaya ini untuk mengangkat dan mempopulerkan potensi pariwisata serta kebudayaan asli Mojokerto. Ini merupakan salah satu upaya melestarikan dan mengembangkan seni budaya lokal. Sebab ini taggung jawab Pemkot Mojokerto untuk ikut menjaga, melindungi dan melestraikan budaya lokal,” kata Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari usai acara.
Walikota menjelaskan, Kirab Budaya Banjaran Mojobangkit akan menjadi tonggak kebangkitan Majapahit. Selain itu, kegiatan ini diharapkan bisa menjadi awal sinergitas para pelaku seni, budaya, peneliti dan pemerintah untuk berkolaborasi melahirkan karya seni dan budaya yang mendunia.
“Dari sini kami menyadari ada kekurangan dan harus diperbaiki ke depannya,” ujar walikota yang akrab disapa Ning Ita. Namun pihaknya tetap berharap melalui acara-acara seperti ini generasi muda dan kaum milenial semakin mencintai budaya lokal dan tidak terpengaruhi budaya asing.
Acara Kirab yang dimulai pukul 07.00 WIB pagi berangkat dari Rumah Dinas Walikota Mojokerto dan finish di depan Kantor Walikota Mojokerto. Ribuan warga membanjiri sisi-sisi jalan yang dilewati peserta kirab.
Pada barisan paling depan kirab dipimpin oleh ‘cucuk lampah’ yang terdiri dari sebarisan Mbok Ireng yang bersenjatakan sodo (lidi) lanang tumbak sewu. Mereka bertugas untuk membersihkan segala kejahatan (sukerti).
Selain itu, mereka juga menyingkirkan segala ‘sengkolo rubedo’ dan segala bentuk kejahatan angkara murka yang sekaligus dilambangkan dengan tuntutan hidup dan pamomong, termasuk perlambang dari empat unsur kehidupan yaitu air, api, angin, tanah dan moncowarno.
Sodo lanang tumbak sewu, lidinya berjumlah tiga puluh tiga sesuai dengan jumlah neptu hari dan pasaran dalam kalender Jawa yang mempunyai pengharapan tidak akan pernah ada lagi segala kejahatan bisa hadir di hari selanjutnya.
Tetapi berganti dengan hadirnya limpahan langkah kebaikan, dengan curahan berkah dan dibentengi oleh kejayaan abadi, sehingga kejayaan menjadi sebuah perjumpaan yang menghadirkan bagi siapapun yang ikut dalam prosesi. Wali Kota Mojokerto juga ikut menari remo bersama-sama dengan forkopimda dan 101 penari lain dalam kegiatan Mojongremo. (im)