
IM.com – SMAN 1 Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur kini tampil dengan wajah baru yang memancarkan kebanggaan budaya lokal.
Sejak awal Oktober, sekolah menengah favorit di wilayah selatan Mojokerto ini tengah merenovasi pagar dengan desain bergaya Majapahit, lengkap dengan gapura bata merah yang khas dan artistik.
Kepala SMAN 1 Kutorejo, Achmad Setiawan, menjelaskan bahwa seluruh pembiayaan proyek tersebut bersumber dari donasi paguyuban orang tua siswa kelas X melalui Komite Sekolah, dengan total biaya mencapai hampir Rp 600 juta.
“Semua biaya dikelola secara transparan oleh Komite Sekolah. Ini merupakan hasil gotong royong orang tua siswa baru,” ujarnya.
Proyek pagar ini tidak hanya sekadar memperindah tampilan sekolah, tetapi juga menjadi simbol pelestarian budaya Majapahit yang berakar kuat di wilayah Mojokerto.
Setiap bata yang digunakan pun berkualitas tinggi, didatangkan langsung dari Blora, Jawa Tengah, dengan harga sekitar Rp 2,1 juta per seribu bata, jauh di atas harga bata lokal Mojosari yang hanya sekitar Rp 550 per biji.

Proses pembangunan dipercayakan kepada tim tukang asal Jombang di bawah koordinasi Imam, dan ditargetkan rampung pada Desember mendatang.
Tahun sebelumnya, orang tua siswa kelas baru juga ikut membiayai pembangunan gapura dan pagar sisi utara sekolah. Tampilannya memperlihatkan konsistensi budaya partisipatif di lingkungan pendidikan ini.
Lebih dari sekadar proyek fisik, pembangunan pagar bercorak Majapahit ini mencerminkan kebanggaan terhadap identitas lokal sekaligus semangat gotong royong.
Dalam pandangan arsitektur, karakteristik bangunan daerah seperti ini memiliki makna mendalam karena menjadi penanda identitas budaya, bentuk adaptasi terhadap lingkungan, sekaligus pelestarian sejarah dan kearifan lokal.
Bangunan dengan ciri khas lokal tak hanya indah dipandang, tapi juga mendidik generasi muda untuk mencintai warisan leluhur. Ia menanamkan kesadaran bahwa kemajuan pendidikan tak harus melupakan akar budaya.
Dalam konteks ini, pagar Majapahit SMAN 1 Kutorejo bukan sekadar dinding pembatas, melainkan pernyataan simbolik tentang karakter, kebersamaan, dan kecintaan terhadap budaya bangsa. (kim/wid)










































