Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati bersama Rektor Benny Lianto Effendy Sabema dan Direktur IOC Ubaya Trawas, Joniarto Parung, meninjau koleksi benda-benda bersejarah dan arkologis di Museum Pawitra, di kaki Gunung Penanggungan, Dusun Grenjeng, Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Sabtu (4/6/2022).

IM.com – Musem baru berdiri di wilayah Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Ubaya Penanggungan Center, Ubaya Integrated Outdoor Campus (IOC), Dusun Grenjeng, Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas. Gedung penyimpanan dan etalase benda-benda bersejarah ini dimaksudkan untuk memudahkan generasi Z mendapatkan pemahaman tentang sejarah yang tersaji dengan sarana teknologi.

Museum Pawitra milik Universitas Surabaya (Ubaya) diresmikan oleh Rektor Benny Lianto Effendy Sabema pada Sabtu (4/6/2022). Acara ini dihadiri Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Ketua Yayasan Ubaya Anton Prijatno, Kepala Disbudpar Provinsi Jawa Timur, Dandim 0815 beserta jajaran Forkopimda Kabupaten dan Forkpimca Trawas.

Berbagai koleksi benda bersejarah dipamerkan di museum ini. Terutama yang terkait dengan temuan  situs di Gunung Penanggungan

“Museum Pawitra dibangun mulai empat bulan lalu dengan fund (dana) dari dana hibah dan anggaran Kemendikbudristek tahun 2021.  Ada ratusan benda benilai sejarah dan budaya Majapahit, khususnya yang ditemukan di kawasan Gunung Penanggungan disimpan di dalam musem ini,” Direktur IOC Ubaya Trawas, Joniarto Parung, Sabtu (4/6/2022).

Joniarto menerangkan, museum Pawitra didesain sabagai sarana informasi arkeologi, histori dan sejarah budaya Majapahit, yang banyak ditemukan di Gunung Pawitra atau Gunung Penanggungan. Ubaya merasa perlu melestarikan benda-benda bernilai sejarah itu, kendati tidak memiliki Fakultas Arkeologi.

“Karena kami merasa memiliki tanggung jawab intelektual, terkait bagaimana cara melestarikan peninggalan sejarah Majapahit,” tuturnya.

Menurut Joni, Museum Pawitra berbeda dengan museum pada umumnya karena Ubaya ingin mewujudkan harapan dan keinginan generasi muda, generasi Z. Ubaya menyiapkan pemahaman tentang sejarah khususnya yang ada di Gunung Penanggungan melalui penggunaan teknologi.

“Sehingga saat pengunjung masuk ke dalam, bisa download aplikasi, bisa melihat penjelasan sebuah situs dan tidak membayangkan bagaimana bentuk situs itu zaman dulu. Kira-kira situs ini seperti apa pada zaman, lalu ada penjelasannya tahun berapa ditemukan dan kira-kira digunakan untuk apa?,” jelasnya.

Museum Pawitra merupakan hasil renovasi gedung galeri foto di Ubaya Penanggungan Center, Ubaya Integrated Outdoor Campus (IOC), Trawas.

Setelah direnovasi, ruang depan Museum Pawitra terbagi menjadi empat bagian yang mana, di sisi utara memperlihatkan penemuan artefak yang ditemukan di kaki Gunung Penanggungan. Visualisasi hikayat Gunung Pawitra yang berdasar pada naskah Tantu Panggelaran tahun 1635 M dapat di lihat di sisi selatan museum.

Kemudian di sisi barat, tambah Prof Joni, menampilkan miniatur candi serta relief arca dan peninggalan-peninggalan lainnya yang ditemukan di atas gunung. Di bagian dalam museum menampilkan foto-foto situs penting yang didokumentasikan Tim Ekspedisi Ubaya di atas Gunung Penanggungan.

Sementara nama Pawitra diambil dari nama lain Gunung Penanggungan. Museum Pawitra difungsikan sebagai pusat informasi arkeologi dan budaya yang ada di Gunung Penanggungan mulai abad 10-16 masehi.

Joni mengatakan, Ubaya ingin menjadikan Museum Pawitra sebagai sumber inspirasi, belajar, serta motivasi untuk cinta budaya bangsa. Dalam museum ini, pengunjung tidak hanya mendapat informasi sejarah, namun juga dapat menghayati nilai baik leluhur lewat refleksi kehidupan yang ada di sisi timur museum.

“Museum Pawitra terbuka untuk umum dan menawarkan paket-paket pendidikan karakter cinta budaya. Khususnya berkaitan dengan sejarah Gunung Penanggungan, ke sekolah-sekolah. Museum Pawitra diharapkan menjadi referensi bagi masyarakat yang ingin melestarikan kearifan lokal lewat budaya yang diwariskan leluhur,” terangnya.

Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati mengapresiasi Museum Pawitra yang diresmikan Ubaya. Menurutnya, dengan konsep unik dan memanfaatkan kemajuan teknologi, museum ini tidak hanya menjadi pusat informasi tapi juga bisa menjadi pusat kreativitas, inovasi, munculnya ide-ide bagi para pekerja seni di Kabupaten Mojokerto.

“Luar biasa, di sini kita bisa mendapatkan informasi terkait peninggalan leluhur kita jaman Majapahit dan juga sebelumnya. Terutama yang berhubungan dengan adanya Gunung Penanggungan yang penuh berbagai peninggalan sejarah,” ujarnya.

Dengan antusiasme masyarakat untuk berkunjung dan belajar sejarah Majapahit di useum Pawitra, diharapkan bisa melahirkan kreativitas. Dari pemahaman komprehensif tentang benda-benda peninggalan leluhur, lanjutnya, diharapkan dapat menjadi inspirasi dan membangkitkan kreativitas para pekerja seni, budawayan serta generasi Z untuk menciptakan karya-karya baru.

“Kita bersyukur sudah ada MOU antara Pemerintah Kabupaten Mojokerto dengan Universitas Surabaya sehingga menjadi dasar untuk bisa melakukan berbagai bentuk kerjasama. Sehingga saya datang bersama Disbuparopar, nantinya juga ada Dinas Pendidikan, Disperindag serta Dinas Koperasi dan UMKM,” urainya.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Ubaya Benny Lianto mengatakan, peresmian Museum Pawitra untuk memperkuat komitmen Ubaya untuk meningkatkan penghargaan dan kepedulian masyarakat, khususnya generasi muda terhadap budaya. Misi ini timbul dari keprihatinan para akademisi di Ubaya pada semakin lunturnya kepedulian masyarakat terhadap sejarah.

“Karena kita melihat bahwa kita sadar sekarang masyarakat, khususnya generasi muda kepedulian terhadap budaya itu cenderung menurun. Mereka butuh informasi, melalui museum yang bisa diadaptasikan dengan kecenderungan generasi muda. Maka dari itu, Museum Pawitra ini hadir dengan konsep dan model yang agak berbeda dengan lainnya,” tuturnya.

Benny menjelaskan, sarana dan fasilitas di Museum Pawitra menggunakan teknologi VR. Sehingga pengunjung bisa belajar budaya dengan lebih mudah dan lengkap.

“Sehingga diharapkan muncul kecintaan, muncul kebanggaan terhadap budaya. Jika generasi mudanya cinta budaya maka bangsa Indonesia makin besar. Ini adalah komitmen, upaya mengambil peran di situ. Kerja sama dengan Pemkab Mojokerto, saya kita sudah sangat luar biasa dan meliputi berbagai aspek. Khusus untuk pengembangan museum dan budaya ini, saya sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh ibu Bupati tadi,” paparnya. (im)

682

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini