Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari memberikan arahan kepada peserta inkubasi wirausaha pembuatan jamu di Gedung Raw Material Kota Mojokerto, Senin (6/9/2021) lalu.

IM.com – Pemerintah Kota Mojokerto, terus mengembangkan iklim wirausaha masyarakat. Tahun 2021 ini, pemkot mengalokasikan anggaran Rp 13 miliar untuk melaksanakan program pemberdayaan melalui pelatihan inkubasi kepada 4.300 wirausahawan.

 

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, sebanyak 4.300 sasaran inkubasi itu merupakan warga terdampak pandemi Covid-19. Upaya ini selaras dengan program pemulihan ekonomi nasional.

“Sasaran program sebanyak 6.303 warga warga terdampak pandemi Covid-19. Tahun ini menysar 4.300 warga untuk dilatih dan dibekali ilmu kewirausahaan melalui inkubasi wirausaha,” kata Ika Puspitasari, Rabu (8/9/2021). Sisanya sebanyak 2.003 sasaran, imbuh walikota, akan dilaksanakan inkubasi di tahun 2022.

“Utamanya untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal supaya dapat naik kelas dan dapat bersaing dengan produk unggulan daerah lain. Ini merupakan bentuk upaya strategis berkelanjutan yang sudah kami lakukan sejak tahun 2020 lalu,” terangnya.

Ning Ita mengatakan alokasi tahun 2021 ini terjadi peningkatan yang cukup signifikan, lantaran jumlah sasaran inkubasinya jauh lebih besar jika dibandingkan tahun sebelumnya

“Tahun lalu hanya sekitar seribu sasaran, tahun ini bisa naik sampai 4.300 sasaran. Ini akan terus kami lakukan menjadi upaya yang berkelanjutan, di mana tidak hanya inkubasi saja tapi ke depan bagaimana menjadikan sektor-sektor UKM ini produknya menjadi unggulan,” katanya.

Sejauh ini, lanjut Ning Ita, hanya produk alas kaki Kota Mojokerto yang menjadi produk unggulan dari UMKM. Ke depan, ia berharap akan muncul produk-produk serupa yang bisa menjadi unggulan dengan jenis yang berbeda sehingga diversifikasinya semakin banyak.

“Kalau banyak kan kami bisa menjadikan kota ini sebagai kota UKM dengan varian produk yang bermacam-macam. Dan itu kategori unggulan semua, apalagi kalau sampai produk itu ke depan bisa kami dampingi dan bisa menjadi komoditas ekspor seperti halnya alas kaki,” paparnya.

Jika itu terjadi, lanjut Ning Ita, maka tidak hanya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat saja yang terangkat, tetapi juga bisa menyumbang devisa bagi negara.

Masih kata Ning Ita, Kota Mojokerto sejauh ini tidak memiliki sumber daya alam yang memadai tetapi sebaliknya memiliki kelebihan pada sumber daya manusianya.

“Maka SDM di sektor UMKM inilah yang harus kami dampingi betul-betul secara berkelanjutan dari waktu ke waktu untuk menjadi potensi daerah yang memiliki daya saing dalam rangka mewujudkan Kota Mojokerto yang berdaya saing sesuai visi misi saya,” katanya.

Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kota Mojokerto Ani Wijaya mengatakan peminat inkubasi wirausaha aksesoris ini lumayan banyak. Dari peserta pendataan Dinsos tahun 2020, tercatat 150 orang peminatnya namun setelah validasi Diskoperindag tinggal 70 orang.

“Kami bagi menjadi dua sesi, masing-masing sesi diikuti sebanyak 35 orang yang akan mengikuti pelatihan komoditas aksesoris kalung, bros dan gelang dari batu-batuan serta wire selama 5 hari dengan narasumber Dyah Risnawati, ahli aksesoris dari Surabaya,” katanya.

Ani menjelaskan Pemkot Mojokerto telah menjalankan program inkubasi wirausaha dalam bentuk pendampingan dan pemberian modal usaha melalui APBD sejak tahun 2020 lalu.

“Bukti konkret hasil dari pendampingan UMKM tersebut adalah masuknya produk-produk UMKM lokal di pasar modern. Baik pada bidang kuliner, craft maupun suvenir,” ujarnya. (im/ADV)

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini