Emak Saini didampingi Rachmad di rumah tinggalnya di area kampus Unmer Surabaya.


IM.com – Ini bisa jadi pelajaran agar setiap orang yang beriman saling berlomba-lomba berbuat kebaikan tanpa pamrih. Di Surabaya, seorang janda renta yang tidak punya anak dan saudara mendadak diberangkatkan umroh. Menariknya, siapa yang memberangkatkan janda sebatang kara ini masih misterius.

Kalau Anda mahasiswa atau alumni mahasiswa Universitas Merdeka (Unmer) Surabaya, pasti Anda akan mengenal perempuan tua yang tinggal di sudut belakang gedung kampus. Ia akrab disapa emak Saini. Memegang SKOT (Surat Keterangan Orang Terlantar) cukup menggambarkan kehidupan emak Saini selama ini. Namun, siapa sangka perempuan baya kelahiran 30 Juni 1940 itu akan berangkat umroh dari pendana yang hingga kini tak dikenal.

Emak Saini tidak punya rumah tinggal tetap. Sudah 33 tahun emak Saini tinggal di rumah yang hanya berpartisi triplek di area kampus. Sejak suaminya meninggal dunia pada 2002 silam, ia hidup sebatang kara. Kesehariannya, ia menjual gorengan di rumah yang ditinggalinya itu pula. Hanya pada mahasiswa-mahasiswa yang peduli ia menggantungkan hidup.

”Meskipun tinggal seorang diri, semua mahasiswa sini saya anggap anak sendiri. Alhamdulillah ada yang ngramut (merawat) saya dan ngancani (menemani) emak di sini. Dia namanya Rachmad,” ujar perempuan kelahiran Wonogiri, Surakarta ini.

Saat ini, emak Saini memang tidak tinggal sendiri. Ia ditemani Rachmad, seorang alumni mahasiswa Fakultas Ekonomi Unmer Surabaya yang sudah dianggapnya seperti anak kandung. Kendati setiap hari Sabtu dan Minggu harus ditinggal sendirian oleh Rachmad lantaran pulang kampung, tetapi emak Saini mengaku sudah terbiasa dengan kesendiriannya.

”Emak sempat hendak pindah karena pihak kampus mematok harga sewa kantin, tapi melihat kondisi emak akhirnya tetap mendapat tempat di dalam kampus dengan suka rela sampai sekarang,” terang Rachmad, alumni mahasiswa asal Bojonegoro itu.

“Bagi emak, semua anak mahasiswa Unmer sini sudah dianggap kayak anaknya sendiri,” imbuh pria 34 tahun tersebut.

Ia menceritakan, pada 10 September lalu ada kabar mengejutkan melalui telepon selulernya. Emak Saini diberangakatkan ke tanah suci untuk melakukan ibadah umroh.

”Sebelumnya ada orang travel yang SMS saya agar menyiapkan segala data untuk mengurus paspor dan lainnya yang menyatakan sebagai kelengkapan berangkat umroh emak, tapi tidak saya tindak lanjuti. Namun selang beberapa waktu ada dosen kampus yang meminta saya supaya segera mengurus kelengkapan administrasi seperti yang telah dikabarkan pada saya sebelumnya,” ujar Rachmad.

Rachmad setengah tak percaya menyampaikan hal itu pada emak Saini. Mau tidak mau, Rachmad pun mengajak emak Saini mengurus segala surat-surat. Itu mulai dari KK, E-KTP, paspor sampai vaksin meningitis di Perak. Semua perlengkapan mak Saini tersebut tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun.

”Travelnya dari Toyyibah Wisata. Saya sempat bertanya siapa orang yang memberangkatkan emak. Namun, mereka diwejangi (diminta) agar tidak menyebut nama yang mendaftarkan umroh emak.”

”Waktu vaksin meningitis di Perak, emak dikasih uang 200 ribu sama orang yang gak dikenal, katanya buat beli kaos kaki sama masker,” tambahnya.

Emak Saini yang mengaku kesehariannya tidak pernah mengeluh meski dalam kondisi serba kekurungan ini merasa senang dan tidak percaya. Sebagai ucapan terimakasih, dengan mata berkaca-kaca, emak Saini hanya bisa mendoakan siapa pun orang yang telah memberangkatnya umroh pada 26 Desember 2016 nanti.

”Saya sangat senang sekali. Selama hidup ndak pernah memikirkan untuk bisa berangkat umroh ke tanah suci. Saya ucapkan terima kasih, syukur Alhamdulillah. Semoga sak anak turune (keluarganya) mendapat berkah, diparingi (diberikan) rejeki berlimpah,” urainya lirih. Lely

84

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini